Puisi untuk Menteri Susi dari Seorang Polisi


AKBP Agus Setiyoko, perwira polisi di PTIK membuat puisi tentang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sajak ini sekaligus autokritik kepada penegak hukum.
Menteri Susi hadir membuka mata. Lewat kebijakannya, kapal asing yang mencuri ikan dari laut Indonesia ditangkapi, lalu kapalnya diledakkan. Karena Menteri Susi, Thailand kini kesulitan pasokan ikan mentah. Tak ada lagi pasokan dari para kapal pencuri.
Menteri Susi membawa perubahan, termasuk di mata AKBP Agus. Dia pun menuliskan puisi untuk Menteri Susi.

"Puisi ini saya buat beberapa tahun lalu," kata Agus saat berbincang dengan kumparan
KETIKA SEORANG MENTERI MENJADI "POLISI"

Duduk di kasur, sambil nonton TV,
Berguru pada para pakar yang sedang beropini...
Dan sebagian warga yang katanya "mengerti",
Tentang hukum dan banyak hal di Negeri ini,, Berulangkali ditayangkan demonya nelayan dari Pati,
Diselingi tampilan wajah teduh seorang putri, yang tak lagi sendiri,
Sebut saja namanya Susi,

Saat Presidennya Jokowi,
Muncullah seorang Putri bertato menjadi Menteri,
Kokoh ia berdiri,
Kadang terkesan tak mau peduli,
Atas semua caci maki,
Namun ia terus mencari...
Siapa yang menjadi dalang dan pencuri
Atas ikan yang ada di dalam bumi ini

Ketika seorang Menteri menjadi "POLISI",
Tangkap sana, tangkap sini,
Hancurkan semua kapal pencuri,
Menutup perusahaan yang berkedok membangun negeri,
Padahal mereka dengan pencuri punya kongsi,

Ketika seorang Menteri menjadi "POLISI",
Membuat aku menjadi iri,
Sebenarnya, kemana saja kami ini,
Yang seharusnya sudah mampu memasukkan pencuri ke dalam bui,
Tapi, apakah saya terindikasi ?
Sebagai seorang POLISI yang dengan penjahat selalu berkolaborasi?
Hanya Allah, aku dan pencuri yang mengerti,

Ketika seorang Menteri menjadi POLISI,
Semua orang menjadi mengerti,
Ternyata terlalu banyak pencuri di negeri ini,

Dan, sekarang pencuri berjanji,
Untuk merobohkan seorang Susi,
Namun Susi bukanlah sekedar seorang putri berbaju Barbie,
Ia telah berubah menjadi seorang Menteri POLISI,
Tak hanya menyusun peraturan itu ini,
Tapi ia datang, tangkap, ledakkan, dan pergiiii....
Membuat malu TNI AL, Pol Air, Bea Cukai dan Imigrasi,
Kemana kami selama ini?

Tegakah kita semua kini?
Membiarkan seorang putri terus berperang sendiri?
Hanya bisa menonton TV,
Ketika Susi dicaci maki?

Jika kita semua selama ini,
Paham akan permasalahan laut yang penuh isi,
Mengapa dari dulu kita tidak mulai?
Mengapa para pakar muncul hari ini?
Sambil tertawa terbahak bahak menikmati telur ikan tengiri,

Ketika seorang Menteri menjadi POLISI,
Ia masih punya hati,
Untuk membekali anak cucu kita nanti,
Merajut benang, mengikat tali,
Menyambung asa dalam opini,

Ketika seorang Menteri menjadi POLISI
Aku tak mampu jadi Menteri seperti putri ini,
Duduk, tidur dan jalan santai,
Menikmati ocehan para pemerhati

Ketika seorang Menteri menjadi POLISI
Aku tak mampu jadi Menteri seperti putri ini,
Duduk, tidur dan jalan santai,
Menikmati ocehan para pemerhati,
Yang katanya punya jiwa membangun negeri,
Namun tetap saja menikmati hasil kolaborasi,

Ketika seorang Menteri menjadi POLISI,
Sekarang aku menjadi mengerti,
Bahwa negeri ini memang butuh POLISI,
Karena terlalu banyak pencuri,
Karena terlalu banyak yang tidak punya hati,
Karena terlalu banyak yang iri dan dengki,
Karena terlalu banyak yang sok mengerti,
Karena terlalu banyak yang tidak takut MATI,
Karena terlalu banyak yang hanya celometan di FB,
Karena terlalu banyak tayangan tipu tipu di TV,
Karena terlalu banyak yang masih punya rasa benci,
Ketika seorang Menteri menjadi POLISI
,........... s e l e s a i......
Sambil menikmati cumi-cumi,  yang baru saja dibeli oleh istri 2015, Kamis, 26 Februari,  oleh Agus (Setiyoko) IKI,  yang masih menjadi polisi. Dan besar di sebuah kecamatan berjudul Bobotsari, Purbalingga, Jateng.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Powered by Blogger.